Iklan Premium

Judul Iklan

Isi Potongan Iklan
Dikirim oleh : Nama Pengirim, Alamat, No Telp | Kunjungi Website

Manajemen Strategis sebagai Disiplin Akademik?

Journal of Business Strategies, Volume 29, Number 1/spring 2012


Marcus Z. Cox
University of North Texas • Denton, TX

Josh Daspit
University of North Texas • Denton, TX

Erin McLaughlin
Nova Southeastern University • Fort Lauderdale-Davie, Florida

Raymond J. Jones III
University of North Texas • Denton, TX

Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah Manajemen Strategis (MP) adalah disiplin akademis, sebagai kritikus kami berpendapat tidak. Kami menawarkan definisi manajemen strategis dan menilai apakah manajemen strategis adalah disiplin akademis dengan memanfaatkan kerangka yang ditetapkan oleh Biglan (1973). Kerangka kerja ini dibuat ketat (detail) agar memiliki paradigma pemersatu serta aplikasi praktis dari teori-teori yang ada. Hasil analisis menyimpulkan bahwa manajemen strategis memenuhi (1973) persyaratan Biglan dan harus dianggap sebagai disiplin akademis. Sebagai penutup, kami mempertimbangkan arah masa depan penelitian manajemen strategis dan metode penelitian baru.

Pengantar
Bidang manajemen strategis relatif muda dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya (misalnya ekonomi, kimia, hukum, dll) dan telah mengalami banyak kritikan dari para sarjana yang mempertanyakan legitimasi dan relevansinya. Manajemen strategis dikritik karena gagal untuk memiliki konsistensi, definisi formal, teori sendiri yang unik, dan menjadi sub - bidang disiplin lain (Mockler, 1995; McGrath, 2007; Rumelt, Schendel & Teece, 1991). Selain itu, manajemen strategis dikritik karena terlalu fokus pada teori dan kurang praktis bagi manajer, atau terlalu fokus pada aplikasi praktis dan bukan pada teori, bahkan dibangun di atas sebuah ide tanpa struktur yang memadai (Barney, 2002, Mahoney & McGahan, 2007; McGrath, 2007). Oleh karena itu, sebagian ahli tidak menganggap manajemen strategis belum layak menjadi disiplin akademik.

Para ahli lainnya memiliki perspektif yang berbeda. Mereka menilai, manajemen strategis menuntut adanya disiplin yang kompleks dan halus, dinamis, dan mempunyai dasar teoritis yang kuat dengan adanya penelitian empiris substansial (Bettis, 1991; Coyne & Subramaniam, 1996; Hoskisson, Hitt, Wan & Yiu, 1999). Adanya polemik tersebut menyebabkan manajemen strategis sebagai disiplin akademis masih dipertanyakan.

Beberapa kritik tersebut masih perlu dipertanyakan kebenarannya, klaim tidak dapat menjadi dasar mendiskualifikasi manajemen strategis sebagai suatu disiplin ilmu. Klaim hanya menggambarkan bahwa sesuatu dapat bergerak ke arah yang salah atau mempunyai kelemahan yang perlu ditangani. Tujuan kami bukan menafikan setiap kritik terhadap MP melainkan untuk mengidentifikasi persoalan dengan menggunakan kerangka kerja untuk menentukan apakah MP layak menjadi disiplin ilmu atau tidak, dan prediksi ke depan terhadap MP.

Pertanyaan apakah manajemen strategis adalah disiplin akademis perlu dijawab dengan menggunakan metode ilmiah yang sama ketika kita melakukan setiap penelitian. Selain itu, kita juga perlu memastikan sa apakah penelitian terbaru telah menjadikan manajemen strategis menyimpang jauh dari akarnya atau tidak.

Selain itu, manfaat dan implikasi manajemen strategis yang diklasifikasikan sebagai suatu disiplin juga patut dipertimbangkan. Menurut Hambrick, jika manajemen strategis bukan disiplin akademis, maka " studi tentang peran dan tanggung jawab manajer umum tidak akan relevan sebagai sebuah kajian akademis" (2004, hal. 91).Jika manajemen strategis tidak dapat diklasifikasikan sebagai disiplin akademis, maka kontribusi teoritis dan praktis untuk manajemen secara keseluruhan dapat dianggap tidak penting yang akan mendorong sarjana manajemen strategis untuk mengalihkan fokusnya pada yang lain, fokus yang lebih stabil (Barney, 2002).

Inti dari pertanyaan ini adalah legitimasi. Menurut teori kelembagaan, organisasi sering mengembangkan sistem simbol, artefak , dan rutinitas bukan untuk efisiensi operasional  melainkan demi dianggap sah (DiMaggio & Powell, 1983; Scott, 200). Mendapatkan legitimasi penting bagi disiplin akademis karena akan berdampak pada promosi dan keputusan, gaji, peluang karir dan lainnya. Untuk alasan ini, penting bahwa para sarjana kritis mencermati kondisi lapangan dalam menentukan (apakah kita bisa dan harus  mempertimbangkan) manajemen strategis sebagai sebuah disiplin.

Dengan demikian, kami berniat untuk mencermati fakta lapangan, menggunakan prosedur penyelidikan ilmiah untuk menentukan apakah manajemen strategis dapat dianggap sebagai disiplin akademis. Selain itu, kami juga membahas pentingnya manajemen strategis harus diklasifikasikan sebagai disiplin akademis untuk akademisi dan praktisi. Untuk itu, perkembangan terakhir di lapangan sangat penting, penting untuk memahami arah masa depan bidang ini. Kami menyimpulkan analisis kami berdasarkan beberapa aliran penelitian yang muncul dalam manajemen strategis dan metode baru dalam analisis. Praktisi dan akademisi sama-sama harus peduli terhadap kondisi manajemen strategis dan memahami kritik yang telah dilontarkan terhadapnya.

Pengertian Manajemen Strategis
Sebelum kita membahas isu sentral apakah manajemen strategis adalah disiplin akademis atau bukan, kita harus terlebih dahulu menentukan apa itu manajemen strategis. Tidak ada pengertian yang satu, yang diterima secara luas sebagai sebuah definisi manajemen strategis. Nag, Hambrick dan Chen (2007) menyatakan bahwa manajemen strategis sulit untuk didefinisikan karena merupakan bidang yang relatif baru berakar pada disiplin lain (misalnya ekonomi, pemasaran, sosiologi, keuangan, dll). Mereka mengatakan bahwa, "MP datang sebagai kejutan kecil sehingga definisi yang disampaikan dalam manajemen strategis bervariasi. Dan dapat dikatakan bahwa meminta sarjana manajemen strategis untuk menentukan  definisi yang tepat akan menimbulkan berbagai tanggapan" (hal. 935).

Wright, Kroll dan Parnell mendefinisikan manajemen strategis sebagai "proses berkelanjutan penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks lingkungan eksternal dan internal, kekuatan dan kelemahan, merumuskan strategi yang tepat, menerapkan strategi-strategi dan menerapkan kontrol strategis untuk memastikan strategi organisasi berhasil dalam mencapai tujuannya" (1996, hal.18). Selain itu, Porter mendefinisikan strategi sebagai  "penciptaan proposisi yang unik dan berharga yang melibatkan serangkaian aktivitas yang berbeda... [yang membedakan suatu perusahaan] dari saingan" (1996, hal. 67). Dia berpendapat bahwa jika hanya ada satu posisi ideal dalam industri, maka semua perusahaan akan berlomba untuk mencapai posisi yang diinginkan. Dengan demikian, kebutuhan untuk strategi tidak akan ada karena keberhasilan akan bergantung pada efektivitas operasional.

Selanjutnya kita akan menggunakan pengertian tersebut dan pengertian lainnya yang disajikan dalam literatur untuk mensintesis definisi manajemen strategis. Dimensi utama yang diidentifikasi dalam kajian tersebut, termasuk: menganalisa lingkungan internal dan eksternal, merumuskan strategi, mengembangkan keunggulan kompetitif dan mencapai tujuan organisasi (Bowman, Singh  & Thomas, 2002; Bracker, 1980; Jemison, 1981; Porter, 1996; Rumelt, et al, 1994;. Schendel & Hofer, 1979; Teece, 1990, Wright, et al, 1996). Dalam konteks naskah ini, manajemen strategis didefinisikan sebagai proses dimana manajer perusahaan menganalisis lingkungan internal dan eksternal untuk tujuan merumuskan strategi dan mengalokasikan sumber daya untuk mengembangkan keunggulan kompetitif dalam industri yang memungkinkan untuk keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Menggunakan definisi yang diberikan manajemen strategis itu, kita selanjutnya menilai apakah manajemen strategis adalah disiplin akademis .

Penilaian terhadap Manajemen Strategis
Sebuah panduan kerangka kerja sangat penting untuk menilai status disiplin akademis. Biglan (1973) telah melakukan perbandingan awal terhadap disiplin akademis yang telah digunakan untuk menilai status beberapa bidang. Biglan (1973) mensyaratkan dua dimensi utama yang akan digunakan oleh para sarjana ketika menilai disiplin akademis: adanya paradigma dan aplikasi praktis teori. Dimensi ketiga (berkaitan dengan sistem hidup) juga diusulkan namun tidak relevan dengan penilaian dalam ilmu sosial . Dimensi utama (1973) kerangka Biglan sejalan dengan komponen yang biasa ditemukan dalam literatur  yang juga menegaskan pentingnya perkembangan paradigmatik dan aplikasi praktis dari pengetahuan dalam disiplin ilmu (Bird, Welsch, Astrachan  & Pistrui, 2002; Whetten, 1989).

Dimensi utama (1973) Model Biglan telah digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memeriksa dan menentukan berbagai bidang studi sebagai disiplin akademis termasuk teknologi pendidikan, ilmu komputer, perlombaan studi dan manajemen, pendidikan farmasi dan jurnalisme (Clark, 2006; Czerniewicz, 2008; de Burgh, 2003; Getz, 2002; Holmes & Desselle, 2004). Dengan demikian, kami berusaha untuk memperluas penerapan kerangka Biglan (1973) dan menilai kondisi manajemen strategis saat ini. Untuk menganalisis fakta lapangan, dimensi primer didefinisikan dan kemudian diterapkan pada konteks manajemen strategis untuk evaluasi lebih lanjut.

Paradigma
Paradigma sangat penting untuk komunitas ilmiah mengingat bahwa akumulasi pengetahuan hanya dapat terjadi ketika anggota masyarakat mematuhi paradigma yang ada. Tanpa kesepakatan pada paradigma, para ilmuwan tidak akan mampu untuk membangun karya orang lain (Pfeffer,1993). Menurut Kuhn (1996), paradigma adalah seperangkat keyakinan bersama komunitas ilmiah yang mengatur penelitian ilmiah. Sebuah paradigma menjelaskan apa yang harus diamati, apa jenis pertanyaan yang harus diajukan, bagaimana pertanyaan-pertanyaan tersebut harus terstruktur dan bagaimana hasil penyelidikan yang harus ditafsirkan (Kuhn, 1996). Menurut Eckberg dan Hills (1979), empat kondisi harus ada untuk mengkonfirmasi keberadaan paradigma: (1) paradigma tidak luas, (2) paradigma akan ditemukan dalam sub - disiplin beberapa penelitian, (3) paradigma harus memiliki komunitas kohesif peneliti yang terpercaya, dan (4) paradigma harus digunakan untuk menghasilkan dan memecahkan masalah sehingga pengembangan tradisi penelitian terlihat jelas.

Paradigma dalam Manajemen Strategis
Menurut Peng, Sun, Pinkham dan Chen (2009), dua paradigma utama yang ada dalam manajemen strategis: pandangan dasar industri bahwa mereka adalah sebuah Organisasi Ekonomi dan pandangan bahwa mereka ada sebuah perusahaan. Teori Organisasi Industri (I/O) berfokus pada struktur industri sebagai elemen kunci untuk kompetisi dan strategi persaingan yang merujuk pada ahli ekonomi dan bisnis. Para sarjana dari teori I/O setuju bahwa struktur industri adalah kunci penentu profitabilitas (Harrigan, 1980; Oster, 1982; Porter, 1981). Konsep berbasis perusahaan adalah teori yang berdasarkan atas keunggulan kompetitif tidak didasarkan pada struktur industri tetapi berdasarkan sumber daya yang unik dari masing-masing perusahaan. Sumber daya spesifik perusahaan mampu menghasilkan uang mengingat adanya kondisi yang unik (yaitu sumber daya yang berharga, langka, susah ditiru dan tidak disubstitusikan) yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang (Barney, 1991; Eisenhardt & Martin , 2000; Rumelt , 1984).

Penting untuk dicatat bahwa Kuhn percaya bahwa paradigma tidak bisa eksis pada tingkat disiplin melainkan hanya pada tingkat sub -disiplin. Misalnya, tidak ada satu paradigma fisika, seperti studi panas atau mekanik. Adapun manajemen strategis, paradigma yang ada dalam subbidang seperti pandangan berbasis sumber daya dan I/O pandangan berbasis perusahaan, menunjukkan adanya paradigma yang berbeda dalam manajemen strategis  (Martins, 1972 ).

Selain itu, paradigma adalah "tubuh bagi keyakinan bersama komunitas kohesif " (Eckberg & Hills, 1979, hal. 932). Adanya paradigma mengasumsikan komunitas praktisi terintegrasi dalam satu keyakinan yang sama sehingga memunculkan pertanyaan megenai metode yang digunakan, interpretasi data dan sebagainya (Eckberg & Hills, 1979). Pandangan berbasis industri dan berbasis perusahaan dalam manajemen strategis merupakan perspektif yang didukung oleh komunitas sarjana.

Adalah jelas bahwa paradigma utama yang diidentifikasi tidak disiplin dan ditemukan di sub- disiplin didukung oleh cukup banyak penelitian. Perspektif Industri dan Perusahaan juga didukung oleh komunitas sarjana yang memanfaatkan paradigma itu membimbing dan pemecahan masalah. Mengingat kondisi tersebut, manajemen strategis memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam paradigma. Kriteria berikutnya untuk menilai disiplin adalah menyangkut aplikasi praktis  teori-teorinya.

Aplikasi Praktis
Menurut kerangka Biglan (1973), dimensi kedua untuk penilaian disiplin akademis adalah sejauh mana ada aplikasi praktis di lapangan. Aplikasi praktis berkaitan dengan pelaksanaan teori ke praktek dan ditemukan di berbagai bidang. Misalnya, dalam studi biologi dan energi, teori tentang metode baru memproduksi hidrogen untuk digunakan dalam sel bahan bakar berbasis hidrogen walaupun belum sempurna (Levin, Pitt  & Love, 2004). Perkembangan serupa berlaku dalam ilmu-ilmu sosial dimana peneliti berusaha untuk menerapkan teori ke praktek. Kami berusaha untuk memeriksa apakah aplikasi praktis dari teori ada dalam manajemen strategis.

Aplikasi praktis dalam Manajemen Strategis
Manajemen strategis dianggap sebagai "terapan, bidang profesional, yang tujuannya bukan hanya untuk menggambarkan fenomena organisasi tetapi juga untuk memprediksi dan mengubah mereka" (Gopinath & Hoffman, 1995, hal. 576). Bukti bahwa manajemen strategis memiliki aplikasi praktis berasal dari Jarzabkowski & Giulietti (2007) yang penelitiannya mendukung argumen bahwa manajemen strategis adalah ilmu terapan dan alat-alat manajemen strategis yang digunakan dalam bisnis. Selain itu, Benbasat dan Zmud (2003) menyajikan serangkaian tolok ukur untuk menilai sejauhmana aplikasi praktis ada dalam disiplin akademis: (1) pelembagaan disiplin sebagai bagian integral dari konteks organisasi dan ekonomi saat ini, (2) pengakuan pentingnya fakta lapangan oleh badan akreditasi akademik, (3) adanya departemen akademik dan program-program di universitas yang umum dan pribadi, dan (4) masyarakat profesionalnya mampu menunjukkan pengaruh di bidang organisasi.

Manajemen strategis dilembagakan sebagai bagian penting dari bisnis dan konteks ekonomi saat ini. Karya mani Porter, Strategi Kompetitif (1980), memberikan kontribusi terhadap landasan pertumbuhan manajemen strategis dan telah menjadi salah satu kontributor yang paling berpengaruh (Barney, 2002). Strategi generik Porter " tetap paling sering untuk didukung dan diidentifikasi dalam buku teks manajemen strategis dan dalam literatur " (Allen, Helms, Takeda & White, 2007, hal. 73). Manajemen strategis telah mempengaruhi berbagai bidang seperti kesehatan, masyarakat  global, sektor perhotelan dan manajemen sumber daya manusia (Crook et al, 2006; . Foster - Pedley & Lerer, 1999; Reichel, 1983).

AACSB (Asosiasi untuk Advance Collegiate Schools of Business) mengakui manajemen strategis layak sebagai bidang studi sebagaimana tercermin dari jumlah program MBA dalam manajemen strategis yang diakui oleh badan akreditasi. Selain itu, ada banyak program pascasarjana dalam manajemen strategis yang ditawarkan di seluruh dunia oleh universitas-universitas swasta dan pemerintah. Hari ini, kehadiran program berorientasi manajemen strategis adalah lumrah dalam program bisnis di berbagai tingkatan.

Selain itu, asosiasi profesional bidang manajemen strategis juga banyak. Salah satu organisasi profesi tersebut adalah Manajemen Strategis Masyarakat (SMS) yang terdiri dari lebih dari 2.600 praktisi akademis dan bisnis lebih dari enam puluh negara. Masyarakat profesional berfokus pada kemajuan manajemen strategis melalui pengembangan dan penyebaran pengetahuan yang berkaitan dengan disiplin. SMS menerbitkan tiga jurnal termasuk Jurnal Strategis Manajemen, Jurnal Kewirausahaan Strategis dan Jurnal Strategi Global. Jurnal Strategis Manajemen secara teratur diperingkat sebagai salah satu dari 20 jurnal bisnis Bloomberg Business Week dan Financial Times. Business Week juga disebut sebagai Jurnal Manajemen Strategis " salah satu indikator kunci sekolah bisnis" (Hitt, Boyd & Li, 2004, hal. 2). Lebih dari 50 persen dari anggota SMS berasal dari luar Amerika Utara yang menggambarkan pertumbuhan dan popularitas global .

Publikasi lain yang penting adalah Jurnal Strategi Bisnis yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1984 dan secara konsisten bertujuan untuk mempublikasikan artikel berkualitas yang menarik bagi praktisi dan akademisi (Mehta & Bumpass, 2008). Jurnal Strategi Bisnis menduduki peringkat (posisi 12) dari 50 jurnal akademik manajemen atau strategi umum oleh para peneliti (Yuyuenyong- Watana & Carraher, 2008).

Sebagai tambahan, meningkatnya tren pertumbuhan manajemen strategis dapat dilihat dalam keanggotaan Akademi Manajemen di mana ada sekitar 17.800 anggota di bidang Kebijakan Bisnis dan Divisi Strategi dengan 25% dari mereka anggota yang tinggal di luar Amerika Serikat. Dua puluh empat divisi profesional dan kelompok kepentingan dalam Akademi Manajemen, Kebijakan Bisnis dan Divisi Strategi merupakan jumlah yang terbesar dan meningkat 5% per tahun. Kehadiran organisasi profesional yang kuat dan jurnal yang sukses menunjukkan bahwa manajemen strategis berhasil bekerja untuk menerapkan teori di lapangan.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa akademisi telah salah dalam hal penerapan teori ke praktek ( Baldridge, Floyd & Markoczy, 2004; Duncan, 1974; Gopinath & Hoffman, 1995; Hambrick, 2007). Kritik utama bahwa komunitas akademik dan teori-teori yang digunakan tidak relevan dengan praktek, teori tidak dapat membentuk praktek dan akademisi terlalu khawatir mengembangkan teori sementara kehilangan relevansinya dengan praktis (Jarzabkowski & Whittington, 2008). Baldridge et al. (2004) lebih jauh mempertanyakan apakah mungkin "kualitas akademik dan relevansi praktis eksklusif " (2004, hal. 1063).

Meskipun kekurangan, peneliti dan praktisi memiliki hubungan simbiosis. Para peneliti mempelajari praktik bisnis untuk merumuskan pengembangan teori baru. Setelah teori disarikan dari penelitian, disebarluaskan melalui artikel di jurnal, buku teks, program MBA dan konsultan (Jarzabkowski & Whittington, 2008). Teori disebarluaskan kemudian berdampak pada manajer bisnis yang menerapkan praktek-praktek sehingga siklus berlanjut. Selanjutnya, fakultas manajemen strategis telah melahirkan sejumlah besar sarjana dan profesional yang bekerja sehingga mempengaruhi pemikiran strategis dan praktek manajemen (Mahoney & McGahan, 2007).

Secara keseluruhan, manajemen strategis memiliki aplikasi praktis di lapangan berdasarkan pada penilaian kriteria yang disajikan oleh kerangka Biglan (1973) untuk klasifikasi disiplin akademis. Meskipun ada kritik tentang akademisi yang "teori jimat", teori bentuk praktek bisnis manajemen strategis dalam berbagai bidang organisasi (Hambrick , 2007) . Oleh karena itu, bidang manajemen strategis berhasil lulus sebagai aplikasi praktis dari teori.

Penilaian Manajemen Strategis sebagai Disiplin Hasil
Kami menilai keadaan manajemen strategis sebagai disiplin akademis saat ini. Penilaian terhadap keadaan manajemen strategis dilakukan melalui analisis paradigma dan sejauhmana pengetahuan manajemen strategis praktis diterapkan. Keberadaan dua paradigma memberikan dukungan kuat bahwa manajemen strategis didukung oleh jaringan umum menerima dan meyakini yang mengatur penyelidikan ilmiah seperti yang didefinisikan oleh Kuhn (1996). Selanjutnya, sub - paradigma tidak hanya ada di lapangan, tetapi memberikan kontribusi terhadap kekayaan pengetahuan dan penyelidikan.

Evaluasi penerapan praktis dari pengetahuan manajemen strategis juga dilakukan. Manajemen strategis terdiri dari organisasi-organisasi profesional yang bertujuan mempromosikan kemajuan pengetahuan terkait. Selain itu, Jarzabkowski dan Giulietti (2007) menemukan bahwa kesenjangan akademik – praktisi semakin menyempit oleh pendidikan praktisi yang terkena ilmu manajemen strategis melalui pelatihan. Selain itu, dengan adanya program manajemen strategis dan pengakuan oleh lembaga akreditasi, semakin menguatkan bahwa manajemen strategis terlibat dalam aplikasi praktis.

Berdasarkan penilaian dari paradigma dan aplikasi praktis, dapat disimpulkan bahwa bidang manajemen strategis diklasifikasikan sebagai disiplin akademis ketika dievaluasi menggunakan dimensi paradigma dan aplikasi praktis dari kerangka Biglan (1973). Penilaian manajemen strategis sebagai disiplin akademis sama sekali tidak dimaksudkan untuk memberi sinyal kepada peneliti bahwa penyelidikan manajemen strategis lengkap. Pada bagian berikutnya implikasi dari temuan ini akan dibahas.

Implikasi  
manajemen strategis sebagai bidang studi akademis, penting untuk mengatasi kekhawatiran tentang perkembangan masa depan disiplin ini dan bagaimana masalah ini mempengaruhi akademisi dan praktisi. Penelitian menunjukkan bahwa kekhawatiran tentang perkembangan masa depan dibedakan ke dalam tiga kategori: keragaman aliran penelitian, kecukupan metode penelitian dan tingkat aplikasi praktis. Kami meninjau ketiga bidang dan menyarankan implikasinya untuk pengembangan masa depan dari disiplin ini.

Keragaman Aliran Penelitian
Hambrick menegaskan bahwa "bidang ini ditarik dengan cepat oleh kekuatan sentrifugal" (2004, hal. 91). Dengan agenda yang berbeda dari penelitian kami, kami mengambil risiko diserap oleh disiplin ilmu yang berdekatan seperti mikroekonomi, pemasaran, sosiologi dan psikologi. Hambrick (2004) lebih lanjut menyatakan bahwa banyak sarjana manajemen strategis sedang mencari teori besar berikutnya, namun yang paling dibutuhkan adalah perbaikan dan peningkatan teori yang ada. Menurut Kuhn (1996), setelah periode revolusioner ketika paradigma baru diciptakan, kita memasuki periode normal dimana  hanya "menambal" apa yang ada (paradigma ini lebih diperjelas dalam kondisi yang lebih ketat). Dengan demikian, Hambrick (2004) panggilan dari anggota komunitas ilmiah untuk "sapu bersih" teori yang ada dari manajemen strategis bukan mengejar teori-teori baru yang tidak ada habisnya.

Pengembangan Metode Penelitian
Hambrick (2004) merekomendasikan, pengujian teori manajemen strategis yang ada sangat penting. Termasuk kebutuhan artikel yang lebih empiris dimana prediksi menggunakan model yang ada, diagram dan tokoh-tokoh secara eksplisit menggambarkan hubungan kausal antar variabel dan menunjukkan pengaruh penting yang mengatur hubungan dan/atau proses yang sebelumnya diusulkan oleh teori yang ada (Colquuitt & Zapata - Phelan, 2007). Semakin banyak peneliti manajemen strategis dapat mendukung teori dengan pengamatan empiris, semakin baik kemampuan diskonfirmasi (yang merupakan kriteria utama untuk menilai teori) sehingga memperkuat teori yang ada (Van Maanen, Sorenson & Mitchell, 2007).

Bukan untuk mengatakan bahwa perluasan teori dan pengembangan perspektif teoritis yang ada tidak penting. Sebagaimana Hoskisson, et al. (1999) mencatat, peneliti dan praktisi manajemen strategis secara konstan ditantang oleh perubahan baru. Ketika memeriksa pandangan yang lebih dinamis, baik karena perubahan teknologi yang cepat, kondisi ekonomi yang tidak stabil  atau alasan lainnya, masalah strategis terus memerlukan perspektif teoritis beragam dan metodologi empiris inovatif (D' Aveni, Dagnino & Smith, 2010). Meskipun demikian, Hafsi dan Thomas (2005) mengingatkan bahwa manajemen strategis harus mengembangkan kerangka kerja konseptual untuk membawa penelitian dan praktek bersama-sama, disiplin menjalankan risiko akibat terpisah dan diserap oleh disiplin lainnya.

Selain itu, kekhawatiran tentang arah dan pengembangan disiplin manajemen strategis di masa depan tidak terbatas pada pengembangan teori baru. Ketchen, Boyd dan Bergh (2008) berpendapat bahwa perkembangan teoritis dalam bidang apapun adalah sebaik metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan mereka. Untuk praktis dan kemajuan, alat penelitian juga harus maju. Dalam studi jurnal manajemen strategis selama tiga periode (1980-1982;1990-1992, 2000-2002), Ketchen et al. (2008) menemukan peningkatan dramatis dalam volume artikel yang berkaitan dengan manajemen strategis dan metode penelitian yang digunakan untuk mempelajari disiplin tersebut. Venkatraman (2008) menambahkan bahwa para peneliti harus terus mengembangkan metodologi baru sekaligus meningkatkan presisi bagaimana konstruksi konsep dan hubungan antara mereka dinilai.

Teori manajemen strategis dan konseptualisasi juga terus tumbuh dan menyebar ke bidang lain. Baru-baru ini publikasi manajemen strategis telah muncul dalam bidang-bidang seperti kewirausahaan dan pemasaran. Manajemen Strategis Masyarakat (SMS) mulai menerbitkan Journal Kewirausahaan Strategis triwulanan pada tahun 2007. Penekanan dari jurnal ini adalah untuk mengenali sifat strategis kewirausahaan ketika itu bermanfaat bagi masyarakat secara signifikan dan  berkelanjutan. Journal of Strategic Marketing juga muncul dengan tujuh isu setahun, sebagai outlet untuk penerbitan artikel yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran yang mencapai tujuan dan strategi organisasi.

Ketchen et al. (2008) juga mencatat dua kelemahan utama dalam metode penelitian manajemen strategis saat ini yang tidak benar menganalisis beberapa isu kunci. Pertama, dibatasi menggunakan instrumen survei untuk "mengetahui motif eksekutif, preferensi dan keputusan... [dan bahwa survei ini] sangat terbatas dalam kemampuan menangkap fenomena ini" (Ketchen et al., 2008, p. 652) . Selanjutnya, para penulis mencatat bahwa isu-isu dalam manajemen strategis menjangkau beberapa tingkat analisis (misalnya  industri, kelompok strategis, perusahaan, manajer, dll), alat-alat penelitian saat ini tidak mampu mengukur dan mengevaluasi hubungan yang kompleks itu.

Literatur terbaru menyerukan untuk menggunakan alat-alat penelitian seperti analisis komparatif kualitatif yang lebih besar dalam manajemen strategis dan penerapan teknologi baru atau penggunaan metode baru (Greckhamer, Misangyi, Elms & Lacey, 2008; Venkatraman, 2008). Salah satu alat yang mungkin adalah diksi, sebuah program analisis konten yang mungkin membantu penelitian manajemen strategis dengan memeriksa dampak narasi manajemen terhadap kinerja keuangan dan organisasi perusahaan (Short & Palmer, 2008). Potensi sumber daya lain adalah aplikasi yang lebih besar dari analisis wacana kritis dalam manajemen strategis (Phillips, Sewell & Jaynes, 2008). Metodologi ini sangat berguna untuk memeriksa bagaimana organisasi diciptakan dan dipelihara melalui wacana. Ranah masa depan penelitian menggunakan metodologi ini akan mencakup perumusan strategi dan pelaksanaan strategi.

Penelitian manajemen strategis akan mendapat manfaat dari investigasi menggunakan beberapa tingkat analisis (Hitt, Beamish, Jackson & Mathieu, 2007), di mana ada konsistensi antara tingkat teori, tingkat pengukuran (tingkat entitas dari data yang berasal) dan tingkat analisis  (unit yang ditugaskan data untuk pengujian hipotesis dan analisis statistik) (Rousseau, 1985). Fokus tambahan mengenai penyebab dan apa artinya untuk penelitian manajemen strategis juga diperlukan (Durand & Vaara, 2009). Penyebab dapat lebih mudah diatasi dalam manajemen strategis melalui metode kontra yang menyelidiki arah dan stabilitas hubungan antara kejadian dan konsekuensinya atau melalui kombinasi laboratorium dan penelitian lapangan (Durand & Vaara, 2009; Schwenk, 1982). Singkatnya, kurangnya alat penelitian yang memadai menunjukkan bahwa masih banyak pertanyaan penting yang belum terjawab.

Pengembangan Aplikasi Praktis
Banyak yang telah ditulis tentang topik apakah literatur manajemen strategis adalah praktis untuk manajer bisnis dan apakah penelitian terus berpacu dengan pasar yang dinamis saat ini (Baldridge et al, 2004;.Duncan, 1974; Gopinath & Hoffman, 1995; Grundy, 2004; Hambrick, 2007; Jarzabkowski & Wilson, 2006). Menurut penilaian kami, manajemen strategis terlibat dalam aplikasi praktis namun masih ada sekat antara akademisi dan praktisi. Meskipun perbedaan ini, peneliti dan praktisi memiliki hubungan yang saling menguntungkan dimana masing-masing pihak membantu yang lain dalam mengembangkan teori-teori baru, pelatihan manajemen dan menerapkan praktek-praktek baru. Adanya komunikasi dua arah antara peneliti dan praktisi yang saling menguntungkan dan mengarah ke pengembangan teori baru. Untuk lebih memperkuat hubungan antara peneliti dan praktisi, kami merekomendasikan bahwa peneliti: Pertama melibatkan komunitas bisnis untuk lebih memahami kebutuhan mereka saat bekerja untuk mengembangkan aliran penelitian yang saling menguntungkan. Teori-teori manajemen strategis membangun dan memajukan "masalah" untuk mengatasi masalah dan fenomena praktek. Kedua, peneliti didorong untuk terlibat pada domain masalah masa depan. Dengan mengantisipasi konseptual dan domain praktis yang relevan dalam manajemen strategis, peneliti akan menjadi kurang reaktif. Selain itu, peneliti harus menyadari berkomunikasi dalam penelitian harus dapat dipahami oleh praktisi (Baldridge et al., 2004). Mengikuti pendekatan proaktif akan memungkinkan akademisi untuk berkomunikasi seacara pragmatis yang berguna bagi praktisi (Corely & Gioia, 2011).

Manfaat menjembatani akademik - praktisi terlihat dalam apa Van de Ven dan Johnson (2006) yang diberi label "diberlakukan beasiswa" yang merupakan bentuk kolaborasi penyelidikan dan komunikasi dua arah di mana akademisi dan praktisi dapat menemukan dasar bersama dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan dan pelaksanaan penelitian dilakukan dalam pengaturan dunia nyata. Memanfaatkan perspektif dan kompetensi dari kedua praktisi dan akademisi memungkinkan untuk "produksi bersama" pengetahuan tentang masalah yang relevan dan fenomenal. Pengetahuan ini tidak hanya menjadi relevan bagi praktisi akan tetapi juga akademisi. Rekomendasi ini mengikuti Schendel, Ansoff dan rekomendasi Channon-yang muncul dalam edisi pertama Journal Manajemen Strategis-bahwa disiplin manajemen strategis yang kuat, harus tidak pernah melupakan mengejar penelitian yang "baik bagi akademisi maupun praktisi akan... menarik " (1980, hal. 4).

Kesimpulan
Secara keseluruhan, analisis ini bermaksud untuk memberikan laporan tentang status bidang manajemen strategis. Secara khusus, status lapangan tersebut sebagai disiplin akademis bertentangan dengan pendapat kebanyakan sarjana. Untuk mengevaluasi perkembangan lapangan, kami menggunakan kerangka kerja yang diusulkan oleh Biglan (1973) mengidentifikasi dua dimensi yang digunakan untuk mengklasifikasikan bidang studi sebagai disiplin akademis. Dimensi: mempunyai paradigma  penelitian dan memiliki aplikasi praktis. Berdasarkan analisis lapangan, disimpulkan bahwa manajemen strategis memenuhi kriteria Biglan (1973) dan merupakan disiplin akademis.

Klasifikasi manajemen strategis sebagai disiplin akademis tidak berarti bahwa tugas sarjana manajemen strategis berkurang. Selain itu, temuan menggembirakan yang harus memotivasi peneliti untuk terus menyempurnakan paradigma dan mengembangkan aplikasi praktis untuk menjamin pengayaan lebih lanjut. Disiplin ini harus siap untuk terus memproduksi kemajuan teoritis dan praktis yang akan mendorong pengembangan manajemen strategis dan memiliki implikasi yang luas untuk disiplin lainnya.

Biografis Penulis
Marcus Z. Cox adalah kandidat doktor dalam manajemen strategis di University of North Texas. Ia menerima gelar MBA dari Stephen F. Austin State University dan CAM dari Babson College. Minat penelitiannya saat ini strategi, kelestarian lingkungan, inovasi strategis dan etika.

Josh Daspit adalah kandidat doktor dalam manajemen strategis di University of North Texas. Ia menerima gelar MBA dari University of St Thomas dan BS dari Lamar University. Minat penelitiannya meliputi daya serap, kemampuan perusahaan dan manajemen sumber daya manusia strategis.

Erin B. McLaughlin adalah Asisten Profesor di H. Wayne Huizenga Sekolah Bisnis dan Kewirausahaan di Nova Southeastern University. Minat penelitiannya adalah di bidang strategi, manajemen usaha kecil, kewirausahaan kognisi dan kecerdasan emosional.
Raymond Jones saat Ph.D. kandidat di Departemen of Management di University of North Texas .

Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Derrick D'Souza untuk bimbingan dan dukungan dan Brooklyn Cole, Victor McKee dan Ashwini Yosua atas kontribusi mereka terhadap draf awal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banner 125x125 dan 160x600